Inilah aku, hidup enak, nyaman dan tenteram. Hari ini, aku kembali bisa berjalan tenang. Sudah tak harus lagi takut atau deg-degan saat keluar rumah. Tidak perlu lagi menderita paranoid akut saat harus berhadapan dengan dunia luar. Aku bebas. Tak perlu lagi repot-repot ke rumah ibadah, meminta ampun yang entah kepada siapa. Tak usah berjalan lagi ke berbagai panti untuk menyumbang uang demi menghapus dosa. Ini aku, kembali menjadi aku yang dulu, bisa kembali lagi menikmati gaya hidup yang mewah, bercinta dengan wanita manapun, menenggak minuman apapun, juga menipu siapapun. Ya, ini aku, pria paling bahagia dan senang di dunia karna berhasil menipu maut.
Semua berasal dari surat yang tiba minggu lalu. Di pagi buta, aku di kejutkan oleh suara cempreng nan laknat milik pembantuku. "Ada surat penting Gan!", begitu ocehnya. Kubuka dan ku baca, tertulis "surat kematian", "dead note's". Aku terpingkal, terbahak sampai ngakak. Sudah mulai banyak orang gila, begitu pikirku. Ku buang surat itu sambil berlalu ke kamar. Di kamar, tiba-tiba ku rasakan aura yang berbeda, aura kematian. Mendadak merinding, semua bulu kudukku berdiri. Dalam diam takutku, ada sebuah suara yang berbicara lantang, di iringi hembusan angin, suara asing itu berkata, "kau meragukan takdirmu?, kau menertawakan ajalmu?, ingatlah bahwa apa yang tertulis itu sebuah ketetapan, dan kau tetap akan mati. Ku beri kau waktu seminggu untuk memperbaiki dan menerima ini. Minggu depan, tepat di hari ini, pagi seperti ini, ku jemput kau ke dunia baka." Suara itu menghilang seiring dengan desiran angin panas.
Aku terdiam. Takut dan takjub. Dan hari itu, rencanaku cuma satu, mencoba menipu malaikat maut. Bermodalkan hartaku yang melimpah, aku mencari seseorang yang papa dan sebatang kara. Iya, ku bayar dia untuk menjadi diriku. Bukankah si malaikat ingin mencabut nyawa seseorang yang bernama Reinhard Ghazali?, jadi kuberi malaikat itu seseorang yang bernama sama dalam bentuk berbeda.
Disudut jalan, dekat sampahan, kutemui seseorang yang sesuai dengan keinginanku. Kutanya nama. Maman Abdulrahman, begitu balasnya. Dengan iming-iming uang, kuajak ia untuk mengganti nama secara agama, juga membuatkannya kartu identitas dengan namaku. Sebelum tengah hari, semua selesai. Kelar. Yes, aku berhasil.
Dan kini, aku bebas. Bebas dari kematian dan segala dosa. Malaikat itu tertipu, hahahaha.. Sampai kemudian, di dekat rumah, kutemui sosok berbaju hitam gelap, dengan rantai dan pedang di tangannya, baunya busuk, rupanya menyeramkan. Itu malaikat maut. Dengan langkah tenang dan ringan, ku hampiri malaikat itu. "Sudah kau cabut nyawa seorang Reinhard Ghazali?". "Tidak, terjadi kesalahan".
"Lalu sedang apa kau disini?", tanyaku lagi. "Mencabut nyawa seseorang bernama Maman ABdulrahman."
SELESAI
Statistik Tamu
Yang Laris Dibaca
-
"Han.. Angkat teleponnya dong, Han.. Angkat.." Suara nada sambung yang entah sudah keberapa kali kembali terdengar. Dengan ta...
-
Pada satu kesempatan, saya merasa jadi orang tersial di dunia, tapi urung terjadi setelah melihat pengemis yang terlihat kelaparan memi...
-
"Hai! Kau pasti bingung kenapa tiba-tiba ada disini, iya kan? Dan lebih bingung lagi kenapa badanmu terikat juga mulutmu tertutup lakba...