Sudah genap sebulan aku tinggal di rumah baruku. Suasananya masih asli, kanan kiri hanya di isi hutan dan beberapa rumah yang letaknya saling berjauhan. Kalau dibilang betah, jelas aku betah. Nyaman kok, meskipun selama kalau malam keadaannya sangat hening dan mistis, ditambah warga sekitar tak pernah terlihat. Iya, keadaan di sini sepi.

Tapi bukan itu yang menjadi masalahku akhir-akhir ini. Jadi gini, Sudah hampir seminggu ada sosok seorang lelaki yang sedang duduk di seberang hutan sana yang menarik perhatianku. Duduknya tertelungkup, sendirian. Dari mulai pagi sampai sore hari, lelaki itu terlihat di sana. Tak ada yang dia lakukan selain duduk telungkup. Sendiri. Sebenarnya sih tidak mengganggu. Tapi tetap saja, aku dibuat penasaran. Akhirnya timbul niat untuk mendatangi orang itu. Bukan, bukan untuk apa-apa, hanya ingin kenal. Siapa tahu ada sesuatu yang dia pikirkan, atau malah ada seseorang yang sedang ia tunggu di sana.

Pagi sekali aku sudah bangun. Sebenarnya mengantuk, tapi kupaksakan bangun. Rasa penasaran mengalahkan hangatnya selimut. Hutannya terjal! Di sepanjang perjalanan, akhirnya aku menemukan warga sekitar yang membawa kayu juga sayur-sayuran. Tapi nampaknya mereka sombong-sombong. Iya, daritadi aku mencoba menyapa beberapa orang yang berpapasan denganku. Boro-boro senyum, menoleh pun mereka tidak. Huh!

Semakin dekat, perasaanku semakin tak menentu. Sempat maju-mundur, tapi kubulatkan niat. Sudah terlanjur sampai sini, masa iya mau pulang? Perlahan kudekati orang itu. Bau tak sedap mulai tercium, orang itu masih diam. Tak menyadari kedatanganku. Sembari berdehem, aku makin mendekat. Tapi tidak ada tanggapan darinya. Kuputuskan untuk berbicara,

"Permisi... Mas?!" Posisinya tidak berubah.
 
"Misi mas, lagi apa? Aku Febri, mas siapa namanya?" Masih tak ada tanggapan.
 
"Mas!! Mas-nya tidur ya? Aku Febri mas! Mas siapa namanya? Betah banget di sini." Tak juga ada tanggapan, kusentuh pelan bahunya. Tanpa diduga, ia malah terjatuh kebelakang. Seketika lalat beterbangan dan puluhan belatung memenuhi tubuhnya.
 
"Sial, ini mayat!!!" Mendadak perutku bergejolak.

Dengan keberanian yang masih tersisa, juga rasa penasaran, akhirnya kupandang wajahnya yang mulai membiru. Masih muda. Seperti sosok yang kukenal. Kupandangi dengan seksama, kuperhatikan tiap lekuk wajahnya.
 
Eh, tunggu.. Orang itu... Orang itu.. Aku?

3 Responses so far.

  1. Eh, makasih!! Beneran!! :))

  2. Anonim says:

    o... namanya febri ya?

Leave a Reply