Merasa paling hebat, belum tentu kau terkuat.
Merasa paling pintar, bisa jadi kau bodoh.
Semuanya hanya masa yang terus berputar. Apa yang kau lihat dibalik pelupuk matahari tua?
Bukan, segala sorotan juga lampu-lampu benderang bukanlah media yang bisa menyoroti langkah besarmu. Barang-barang itu hanyalah pengingat, bahwa saat ini engkau dikenal. Esok siapa tahu?
Kau pakai jubah sandiwaramu agar terlihat besar, agar terlihat agung. Lalu kemana kulit aslimu yang ternyata hina lagi dina?
Terkadang kita melupakan masa lalu, terkadang kita terbawa masa depan, terkadang kita di buai-buai kenyataan yang padahal sebenarnya selalu siap menikam kala kau lengah. Kawan, ingatkah saat kita masih sengsara penuh angkara? Saat dimana kau keluarkan tatapan memelas persis seperti anjing basah dimalam dingin?
Kita lupa. Kita belajar lupa. Kita melupakan. Hingga akhirnya kita yang terlupakan oleh jaman. Sampai pada saat itulah ingatan akan kenyataan kembali terbuka lebar. Otakmu kembali padang benderang seru dan menggebu. Dan perlahan mulai menangis dan meratap, tersadar bahwa helaan air mata ini menjadi percuma.
Tak ada yang kembali setelah penyesalan, kawan!! Karena itulah penyesalan selalu datang belakangan. Agar kau lengah, agar kau lelah, dan lupa.
Semua memiliki dua sisi. Dua sisi tajam lagi runcing. Semua memiliki sebab akibat. Teori konspirasi. Kau mengira hidup mudah? Bahkan untuk mati pun susah lalu kau mengharapkan kemudahan hidup? Nistanya dirimu terlihat makin lacur.
Tanpa judul tanpa alur aku bermonolog. Hanya agar keluar segala yang berjongkok didalam perut. Minta dimuntahkan, lalu berserakan.
SELESAI