http://img5.visualizeus.com/thumbs/d3/a1/romantic,landscapes,candle,touch,hand,love,couple-d3a18c8092ac1fffd1c6020db63a20a3_h.jpg



Hari yang kunanti akhirnya datang. Hari yang sudah kita nantikan sejak 6 bulan lalu. Diluar, para tamu sudah ramai. Di udara, terdengar riuhnya tawa anak-anak juga isak tangis para keluarga. Sementara kita masih saling mencari tahu perasaan masing-masing hari ini. Aku ditempatkan di sebuah kamar, begitu juga dirimu. Kita baru akan keluar setelah mendapat "kode" dari pengiring.


Hari ini adalah puncaknya, setelah minggu kemarin kita disibukkan dengan mengurus surat-surat pendukung. Capek? Tentu saja. Lelah apalagi, tapi itu semua tak berarti jika dibandingkan dengan hari ini.

"Mas, ayo!" Adik memanggil dari balik pintu. Ini saatnya. Batinku.

"Mbakmu mana?" Tanyaku begitu keluar kamar.

"Tuh.." Adik mengarahkan kepala ke sebelah kanan, tepat ketika wanitaku berjalan mendekati kami. Duh cantiknya!

Dia lalu menggandeng tanganku dan kami berjalan beriringan. Saat itu, waktu serasa berjalan lambat sekali, semua kilatan kenangan kembali berkelebat di kepalaku, mungkin juga kepalanya. Di satu kesempatan, kami saling melempar senyum dan memandang. Memperhatikan. Anak-anakmu mengekor di belakang.

"Amy sudah siap?" Tanyaku sembari senyum yang dibalas dengan anggukan kepala olehnya.

"Jadi inget waktu pertama kali kita jadian, kita menyusuri kota Solo malem-malem sambil gandengan tangan gini, terus kamu biasanya suka taruh kepala kamu di pundakku.." Kataku kepada Amy.

 Wajah Amy memerah. "Ternyata kamu masih inget.." Ia kembali tersenyum. Manis. Sementara tidak sedikit dari para tamu yang hadir menangis. Beberapa hanya sembab di mata, sisanya sesenggukan. Kuharap tangis mereka bahagia.

"Makasih ya udah mau sama-sama aku, My.. Kamu baik banget. Aku sayang.."

"Kamu juga. Makasih ya mas." Sebutir air mata menetes di pipinya.

Aku menarik nafas. "Udah deket nih, tu orangnya udah nungguin. Siap-siap ya!" Kupandangi wajah orang tuaku, tidak jauh beda dengan para tamu lainnya. Sendu. Begitu juga kedua orang tua Amy, wajah mereka merah padam berlinang air mata.

Sesaat sebelum kami duduk dan mengucapkan sumpah, tangan Amy menggenggam kuat jemariku, lalu ia berkata, "Makasih ya mas untuk semuanya.."

"Iya." Jawabku. Deg-degan.

***

"Saya terima cerainya Amy Wulandari binti Ahmad Wardhana!!" ucapku tanpa putus.

"SAAAAH???"

"SAAAAAAH!!!" Koor para tamu diiringi suara isak tangis yang kencang.

"Kami saling sayang, tapi sayangnya itu tidak cukup untuk mempertahankan pernikahan"

7 Responses so far.

  1. Anon_ But true.. #jrueeeeng *kemudian nyanyi*

  2. Anonim says:

    Mungkin perpisan akan lebih baik dari pada kebersamaan.

    Banyak juga fiksi mini kamu. Udah pernah coba menulis cerpen yang agak panjang, sekitar 1.500 kata?

  3. Anonim says:

    Duh... ketinggalan
    Saya juga sedang mencoba belajar menulis cerpen.

  4. Anon_iya, fiksi mini yang baru saja dibuat selama 15 hari ini. Menulis cerpen yang panjang? belum pernah, tapi minat untuk mencoba. BTW, daripada memakai akun anonim, lebih baik sertakan ID-mu.

  5. Anonim says:

    Selama 15 hari bisa menulis berapa fiksi mini?
    Menulis cerpen yang panjang? hahaha... Sebenarnya cerpen gk panjang, singkatannya saja "cerita pendek". Maksud aku menulis cerita (cerpen) yang panjangnya umumnya cerpen sekitar 1.500 kata atau antara 10.000-15.000 karakter dgn spasi (6-7 halaman, spasi ganda). Umumnya cerpen pada majalah panjang katanya segitu. Kalau saya lihat fiksi kamu mungkin sekitar 400 kata (antara 3.500an karakter dgn spasi).
    Kalau ada yang bilang "kamu menulis itu tidak harus mengacu pada kuntitas (banyaknya tulisan) tp harus mengacu pada kualitas". Menurut aku yang bilang begitu sombong banget (itu menurut aku ya, mkin menurut yang lain itu benar).
    Mungkin aku akan tanya balik "kita tahu kualitas tulisan kita baik tidak dari mana?". Apa yang kelihatan kita tulis baik (bagus) menurut kita mungkin belum tentu orang bilang itu karya bagus. Sebaliknya pula. Jadi abstrak kan menentukan baik dan buruknya (menurut kualitas yang seperti apa?).
    Jika seseorang bisa menulis cerita yang panjang hingga beratus-ratus halaman(menurutku) penulis itu hebat. Nggak mudah mengeluarkan ide tersebut menjadi tulisan (ini juga yang lagi aku rasakan). Kita melihat film paling lama jalan ceritanya sudah dikemas 2 jam. Yang membuat novel dari cerita film itu butuh berbulan2 mungkin juga tahun2 untuk membuat berlembar2 halaman novel-nya. Untuk membuat berlembar2 novel tersebut tentu membutuhkan imajinasi dan kemampuan penulis yang menguras pikirannya. Jadi masih bilang kalau banyaknya halaman suatu cerita tidak penting...
    Hahaha... panjang juga ya tulisanku, semoga kamu nggak muntah membacanya :-)

  6. cerita yg tak terduga endingnya...
    *ngakak

  7. Anonim_sebenernya, aku bukan seorang yang rajin menulis fiksi hingga berpuluh-puluh cerita. jadi sebenernya aku bukan seorang yang suka dengan kuantitas, lebih memperhatikan kualitas :)

    Pelangi Ukhuwah_Hehehehehe ;)

Leave a Reply