Kamu tersenyum manis, terlihat sesekali bahagia terpancar di wajahmu. Sambil duduk, kau memegang kertas itu dengan kuat. Dibaca perlahan, sangat menikmati. Aku yang duduk di sampingmu saja kau acuhkan. Sesekali keningmu berkerut, mencoba mengerti maksud dari tulisan yang terdapat di sepucuk surat yang kau genggam.
Aku hanya menunggu. Menunggu saat kau selesai membaca dan memahami isi dari surat itu. Sudah berkali-kali kau mendapatkan surat semacam itu, yang selalu kau bawa dan kau baca saat kau bersamaku. Sambil menghisap rokok, agar kesenangannnya bertambah katamu. Mungkin. Bisa saja, namun kulihat, si pengirim surat itu yang membuatmu senang. Yang membuatmu bahagia, tersenyum girang. Bukan rokok, bukan pula aku. Sosok yang menemanimu membaca surat di sore ini.
Sesekali kau memandangiku sembari berkata, "Bentar ya! Lagi seru nih. Kamu santai aja dulu." Kata yang akhirnya terbiasa ku dengar, juga kuterima. Asal kau bahagia, aku pun sama. Asal kau senang, aku akan merasakan hal yang sama. Karena mencintaimu adalah anugerah, meskipun aku hanya simpananmu.
Iya, surat itu dari pacarmu. Dan aku, yang kedua yang ada dalam hatimu.