Peluh masih membasahi tubuh kami berdua. Pergumulan ini tampak sangat seru, ditemani nafsu dan deru nafas meminta kepuasan. Sambil duduk di pinggiran kasur, aku mengingat kembali aksi-aksi nakal yang ditunjukan oleh wanita ini tadi. Wanita yang sedang terlelap di depanku.
Sejak awal ia membuka baju, aku sudah tahu bahwa ia memiliki tubuh yang indah, juga liukan yang dahsyat. Sembari melepas celana, kami asyik bercumbu, cumbuan yang mengingatkanku pada seseorang. Pelukannya tak asing, namun lebih hangat dan erat. aroma tubuhnya makin membangkitkan libido lelakiku. Ini malam harus terjadi, sebelum semua menjadi terlambat, sebelum semua menjadi telat.
Belum sempat ia membuka bra, mulutku sudah dengan rakus mencumbui sekujur tubuhnya. Nafsu tak pernah senikmat ini. Diiringi suara desahan, mulutku terus bergerilya di atas perutnya. Sampai sesak nafas ini saking semangat. Nafsuku sudah di ubun-ubun.
Bagai kilasan gambar, semua terus berkelebatan di memori. Indah dan sempurna, cuma itu yang bisa aku simpulkan. Sambil mengelus rambutnya, aku mengepulkan rokok kuat-kuat, membuang segala letih dan penyesalan. Iya, aku menyesal. Andai wanita yang terlelap di depanku sekarang bukan anakku, pasti sudah kunikahi dirinya. Andai...