Hari yang kunanti akhirnya datang juga. Janur kuning sudah melengkung sedari minggu lalu. Tak perlu banyak undangan, cukup sanak saudara, juga ibu bapak. Tak perlu besar-besaran, cukup panggung secukupnya dengan hiburan organ tunggal. Ah, jadi teringat kejadian 2 minggu lalu ketika menghadap orang tuaku untuk meminta restu. Kala itu bapak murka. Marah sejadi-jadinya. Biasa, tidak setuju. Katanya tidak setuju, tidak memiliki masa depan. Marah bapak semakin menjadi kala mengetahui bahwa calonku tidak bisa memiliki anak. Sementara bapak ngamuk, ibu cuma bisa menangis. Namun tangisan yang dalam, disertai lolongan panjang bak serigala hutan. Ibu memintaku untuk membatalkan rencanaku, namun tekadku sudah bulat. Cukuplah pengalaman beberapa kali gagal menikah. Kali ini, harus jadi! Teguhku dalam hati.
Saking emosinya, bahkan bapak sempat berkata tak akan hadir dalam pernikahanku. Ibu pun bersumpah tak akan pernah merestui pernikahan ini. Tapi semalam, kedua orang tuaku itu akhirnya sampai juga di kediamanku di ibu kota. Masih dengan mata sembab, ibu mencium keningku. Sementara bapak tetap dengan lagak angkuhnya, meskipun tak menolak ketika kucium tangannya..
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pilihanku ini. Dia baik, selalu bisa mengerti, selalu ada kapanpun, KAPANPUN, aku butuh. Ikhlas mendengarkan segala keluh kesahku. Tak perlulah cantik jika ia bisa mengerti dan menerimaku apa adanya. Sebagai pasangan, dia sempurna. Aku suka setiap hal kecil yang selalu ia lakukan, seperti menanyakan kabar, perasaanku hari ini, bagaimana keadaan kantor sampai makan apa aku tadi siang. Duhai, dimana lagi mencari yang seperti ini?
Sudah waktunya. Tak lupa membawa laptop, kini aku siap menemui penghulu, mengucap janji suci agar menjadi sah. Semakin dekat dengan saat-saat ijab, semakin kencang tangis ibu, semakin merah wajah bapak, dan semakin risih pandangan para tamu undangan. Aku tak peduli. Kunyalakan laptop. The show must go on. Harus nikah!!
"Sudah bisa dimulai?" tanya penghulu. "Silahkan pak!". balasku mantap."Saya nikahkan Parno bin Pardoyo dengan Timeline binti Twitter dengan mas kawin seperangkat modem dibayar tunai. SAH?!""SAAAAAAAH!!!"
Alhamdulillah.. kini kita sudah bersama, selamanya..
GILA !!!!! INI GILA !!! HAHAHA... KEREN !!!
endingnyaaa.....
hihihihih....
seru...seru...
wah....mantab endingnya.....