Andai saya anggota DPD RI Madiun, tentunya banyak hal yang akan saya lakukan, khususnya pemuda. Kenapa pemuda? Karena dari para pemuda adalah penentu arah masa depan Madiun dan juga bangsa ini.
Yang pertama adalah membuatkan gedung kesenian dan gedung serbaguna yang dapat dipakai untuk berbagai acara, seperti kegiatan kesenian, kegiatan olahraga, acara musik, acara olahraga dan sebagainya. Gedung ini nantinya akan di kelola oleh pemerintah daerah. Uangnya darimana? Menggunakan uang retribusi pemakaian gedung. Tentunya biaya pemakaian gedung ini harus bersahabat, sehingga bisa digunakan oleh semua kalangan. Selanjutnya memperhatikan komunitas-komunitas yang ada. Banyak sudah komunitas-komunitas pemuda yang berhasil berprestasi dengan hasil membanggakan namun tidak mendapat perhatian layak. Tidak diperhatikan saja mereka bisa melakukan sejauh itu, apalagi jika diperhatikan seperti memberikan uang pembinaan, tempat latihan yang layak. Selanjutnya adalah mengarahkan beberapa persatuan perguruan bela diri ke hal yang lebih positif. Ini penting, mengingat selama ini mereka hanya memenuhi jalan pada waktu-waktu tertentu. Jadikan mereka atlet
Lanjut ke pendidikan. Regenerasi adalah penting, dan itu harus berlaku juga di Madiun. Selama ini metode pengajaran yang terjadi hanyalah metode yang hanya berisikan ajaran "mencatat-membuat PR melimpah-mengerjakan LKS-ulangan". Untuk di beberapa sekolah, metode ini mungkin sudah tidak terpakai, namun di beberapa sekolah, terutama sekolah dasar, metode pengajaran ini masih berlaku. Mau jadi apa murid-murid itu? Mereka butuh pengajaran, bukan catatan. Benar sekolah digratiskan, namun gaji guru tidak. Dengan adanya regenerasi, problem di atas bisa berkurang. Sudah bukan jamannya sekolah menjadi tempat berisikan guru-guru angker yang harus ditakuti. Jadikan guru sebagai partner belajar. Tentunya didukung dengan fasilitas sekolah yang memadai.
Pariwisata. Madiun memiliki banyak tempat wisata yang tidak kalah dengan kota lain. Lalu masalahnya apa? Publikasi dan perawatan tempat. Publikasi agar orang mau kesana, perawatan tempat agar tempat itu tak lantas menjadi kotor dan tidak aman. Siapa juga yang mau berwisata jika tempat wisatanya kotor dan dengan tingkat keamanan yang minim?
Tingkat perekonomian di Madiun juga perlu diperhatikan. Pada tahun 2010, UMR Kota Madiun mencapai Rp 685 ribu (http://www.jpnn.com/berita.detail-53051) namun pada kenyataannya, masih ada pekerja yang mendapatkan gaji dibawah nilai tersebut. Ada yang salah? Ada. Daya beli masyarakat yang minim dan kesadaran perusahan/badan usaha kepada para pekerjanya. Sangat Indonesia. Jalan keluarnya? Jalin kerjasama dengan para investor untuk membangun Madiun, bangun lapangan pekerjaan baru juga sarana publik yang dapat menambah pendapatan daerah. Dengan bergeloranya perdagangan dan pembangunan, otomatis banyak terjadi perputaran uang, yang berpengaruh terhadap pendapatan. Termasuk misi yang sulit? Tentu tidak asal mau dikerjakan dan tidak ada kepentingan pribadi. Yang selama ini terjadi adalah segala macam rencana tersebut hanya sebatas wacana.
Madiun siap menjadi kota berkembang, yang dibutuhkan adalah SDM yang mendukung. Sudah saatnya Madiun menjadi kota bersama, saling menyatu satu dengan yang lain, tidak beda dan membeda-bedakan. Percuma melakukan pembangunan, jika masyarakat asli justru tidak diberdayakan secara maksimal. Caranya adalah memberikan informasi juga pengetahuan yang merata. Dengan saling tahu dan saling melibatkan, akan timbul rasa saling memiliki yang akhirnya Madiun dapat berkembang menjadi kota yang lebih baik, tidak lagi sekedar Madiun Kota Pecel.
Andai saya jadi anggota DPD RI, cepat atau lambat, itu semua akan terjadi.
aku juga pengin jadi DPD RI walu dalam dunia maya... :)
Jika kita berandai kita hanya bisa bayangkan kita akan berandai pula bisa memperbaiki ini, memperbaiki itu...
Tapi mungkin ketika kita sudah masuk didalamnya, apa yang kita bayangkan hanya bayangan saja yang sulit disentuh...
Kita? sudah mampukah lantang berdiri sendiri maju kedepan dengan semua tradisi yang sudah mendarah daging...