masih ingatkah kau pagi dimana kusapa dirimu yang pulas di lenganku? yang aku ingat, kau membalas sapaanku dengan kecupan manis di bibir.
 
setelahnya kita bergelung di kasur sembari menikmati keindahan masing-masing. aku suka mencumbui sekujur tubuhmu, dan kau pun sepertinya nyaman memberi gigitan lembut di leher dan dadaku. sampai memerah padam bekasnya, namun terasa indah.
 
yang terjadi berikutnya kau merebahkan diri ke pangkuanku. kembali kita bercumbu, tak peduli waktu yang terus menderu. aku mengagumi bibirmu, kau sangat menggilai mataku.
 
ketika bosan, lalu aku menggendongmu menuju dapur, tempat kita kembali melanjutkan cumbuan sambil berusaha membuat kenyang isi perut.
 
aku yang memasak, kamu yang mengganggu. masakan belum jadi, cumbuan kita semakin menjadi. terus seperti itu hingga akhirnya semua terhenti oleh rasa lapar.
 
kududukkan kau ditepi meja, berharap kau tenang ditemani sepasang garpu dan sendok. namun percuma. seperti biasa, sedetik kemudian kau sudah mulai menggangguku dengan wajah manjamu. mengambil pisau dan penggorengan, niatnya membantu. yang ada malah kita kembali bercumbu.
 
rasa lapar tak terbalas, aku mengajakmu menuju ruang tamu. ruangan yang dipenuhi foto kita berdua dan televisi butut yang sengaja aku jaga baik-baik. sofa panjang berwarna biru tempat favorit kita. kau langsung menjatuhkan diri sambil menarik tanganku serta. kali ini tak ada cumbuan, remasan atau desahan. kita hanya tiduran, ditemani suara lirih produksi televisi yang butut. kalau sudah begini, biasanya kau mengarahkan tanganku ke rambutmu, minta diusap-usap dan dimainkan rambutnya. hal yang sepele namun kau buat seakan berarti.
 
aku masih ingat aroma shampo yang merebak dari rambutmu. entah shampo apa, namun aromanya membuatku terus lapar akan dirimu. kukecup lembut kepalamu, dan kau membalasnya dengan senyuman manis. biasanya kita mulai mengantuk saat itu, dan melanjutkan hari sambil kembali bermimpi.
 
sayang, aku merindukan saat-saat seperti dulu, saat aku dan kamu menjadi kita. saat aku dan kamu diam bersama. sayang, aku merindukan dirimu yang nyata, bukan cuma kenangan yang bisa kukenang lewat doa.
sayang, bisakah kau hadir lagi sekali dalam mimpiku? mengulang semua ingatan yang enggan berlalu dalam diri.
 
sayang, kini aku sendiri. selepas kepergianmu aku merasa sepi. kembalilah kembali. tanpa hadirmu, mimpiku seakan ilusi. aku bosan memanggilmu lewat irama kematian. iramanya sedih, membuatku hatiku teriris pedih.
 
sayang, sayangnya kini sayangku melayang dibalik awan.

3 Responses so far.

  1. Anonim says:

    saya anonim.. saya suka sekali tulisan ini..
    ~ Aam Ganteng

  2. Anonim says:

    Ketika semua telah berlalu, yang tertinggal adalah kenangan...
    Kenangan yang kita rindukan dan kenangan yang kita ingin lupakan
    Semua terasa indah bagi yang mangenangnya...

Leave a Reply