"Sini nak, tidur di pangkuan ibu. Sini, biar ibu usap-usap punggungmu.. Sini, mendekat sini.." Pinta wanita paruh baya itu sambil melambaikan tangannya yang mulai tua. Memanggil. Rambutnya sebagian memutih, meski wajahnya belum terlalu tua. Belum keriput.


"Sudah sini mendekat, cerita sama ibu apa saja yang terjadi seharian ini di sekolah? Apakah gurumu galak? Teman-temanmu nakal padamu? Ah.. kau tertawa! pasti ada seorang gadis yang sedang kau suka ya? Siapa dia? Cantikkah? Coba ajak kesini.." Suara penuh kelembutan keluar dari bibir wanita itu. Sesekali, ia memperhatikan sekeliling yang nampak asing baginya.

"Nanti kalau sudah waktunya kau menikah, carilah calon istri yang baik. Yang bisa mengertimu dan juga keadaanmu. Jadilah keluarga yang akur dan baik ya!.." Mata tua wanita itu menerawang. mencari sesuatu yang sebenarnya tak pernah nyata. Mencari dan terus mencari, meski tahu jawaban tak pernah ada.
"Oh iya, bagaimana dengan basketmu? Olahraga yang kau sukai? Sesekali, ibu ingin melihatmu bertanding, atau paling tidak saat kau berlatih. Ingin melihat sehebat apa anak ibu dalam memainkan bola itu. Pasti hebat ya?"

"Kemarin, ibu buka-buka lemari kamu. Ibu liat di lemarimu penuh dengan buku-buku para sastrawan. Ah, apakah kamu ingin menjadi sastrawan seperti mereka? Ibu juga melihat tulisanmu. Bagus-bagus nak. Ya ibu sih cuma berpesan, kalau memang kamu minat di situ, lanjutin aja. Ibu cuma bisa mendukung. Eh tapi, tulisanmu beneran bagus lho!! Pasti suatu saat kau akan menjadi seorang penulis terkenal" Ibu itu tersenyum. Senyuman yang sangat menyejukkan.

"Sudah mulai ngantuk ya? Tuh ibu liat matamu sayu.. Kebiasaan deh dari kecil kamu tuh gitu, suka nahan-nahan ngantuk. Hayo sini tiduran.. Tiduran di pangkuan ibu. Sini hayooo.."
"Ninaaa boboo.. ooh ninaaa bobooo.. Kalau tidak bobooo di gigit nyamuk..." Senandung wanita itu. Lirih. Mengiris hati siapa pun yang mendengar.

"Ayah, itu siapa sih?" suara anak kecil terdengar tidak jauh dari posisi duduk si wanita paruh baya.

"Itu? Itu nenek, sayang. Itu nenek.."

"Kalo itu nenek, kok kita ga samperin Yah?" tanya anak kecil itu.

"Ya jangan. Nenek kan lagi sakit, makanya sekarang nenek lagi dirawat. Nanti kalo kita datengin, nenek ga sembuh-sembuh.."

"Emang nenek sakit apa, Yah?"

"Uhm.. sakit apa ya? Sebut aja sakit penyesalan."

"Oh.. jadi kalo orang-orang yang menyesal di taruhnya di Rumah Sakit Jiwa ya Yah?" tanya si anak dengan polos.

Si ayah tidak menjawab. Air matanya menetes.

"Kita pulang yuk, nak!"

5 Responses so far.

  1. Anonim says:

    damn !!!! keren nih !!! --Aam

  2. kesan q setetah baca em :menyentuh hati,bikin nangis hik,hik,hik :( .apalagi endingnya itu ternyata siibu berada di Rs jiwa uh,tambah menyayat hati.

  3. Anonim says:

    mmm uda sedikit menduga sih kalo si ibu pasti sedang berhalusinasi
    tapi imho ada yang putus dari cerita itu
    antara penyesalan ibu tersebut dan sang ayah
    apa yang disesalkannya?!
    ng...ato aku yang nggak ngerti sastra ya?!
    hahaha...

    ~ Kyoshie

  4. Aam => Makasih kakaaaa

    Siti Wulandari => *kasih tisu* *saputangan*

    Kyoshie => ga perlu ngerti sastra, yang penting bisa nalar. karna ini bukan cerita anak-anak, jadi kan ga perlu diceritain sampe jelas :)))

  5. aul says:

    Boleh nangis nggak?:(

Leave a Reply