Arham berjalan jinjit melewati kubangan air yang menghitam. Sesekali hidungnya berdengus ketika secara tak sengaja menghirup aroma amis khas pasar. "Kalo bukan demi Ida, aku ogah masuk-masuk pasar..", Arham melanjutkan "wisata"nya berkeliling pasar, anak itu masih harus mencari belanjaan terakhirnya. Ida memintanya membelikan udang dan hari ini mereka sudah berjanji untuk masak dan makan malam bersama.
Siapa Ida? Orang terdekat Arham saat ini. Jadi gini, meski sudah PDKT lama, tapi Arham masih belum berani untuk meyatakan perasaannya kepada Ida. Janji makan malam nanti pun Ida yang minta, setelah Ida tahu keahlian memasak Arham. "Masak yang enak ya! Aku ke rumah kamu besok jam 8 malam." Perkataan Ida masih terngiang-ngiang di telinga Arham. "WOI MAS!! Meleng aje lu!", teriak seorang tukang becak. Efek lamunan Arham adalah hampir tertabrak becak. Ga keren.
***
"Masaknya belom selesai, Ham?" Tanya Ida sesaat setelah memasuki kos Arham.
"Eh.. belom Da. Tadi ketiduran pas pulang dari pasar. Hehehe.." Arham ketawa. Bego.
"Sini Ida bantu." Belum sempat Arham melarang, Ida sudah meraih pisau dan mengiris cabai serta bawang.
"Ini mah bukan kamu yang masak namanya.."
"Ya abis ngantuk." Arham curi pandang ke arah Ida. Merasa diperhatikan, Ida salah tingkah.
"Eh, itu udah masak air panas buat ngerendem udangnya belom?"
"Udah dong! Bentar lagi juga mendidih." Jawab Arham. Kalem. "Nah, tuh dia mendidih! Bentar ye, angkat dulu!" Arham bangkit mengambil air panas dan berniat menyiramkannya ke udang sampai akhirnya..
"WADAAAAAAAW!!!!" Teriakan keras Arham. "PLENTANG!!" Disusul bunyi panci jatuh. Sekujur tangan Arham merah terkena air panas.
"Eh kenapa kamu? Duh.. tangannya merah gitu!!" Ida bergegas mendekati Arham. Diraihnya tangan Arham kemudian diusap lembut. "Kok bisa sih?"
"Sakit.. Panas.." Arham meratap manja sambil memasukkan salah satu jarinya yang terkena air panas ke mulut.
"Ish joroknya!! Keluarin!" Ida pergi ke kamar mandi, sesaat kemudian ia keluar membawa odol. "Kalo melepuh gitu, jangan dimasukkin mulut, coba dipakein odol dulu biar dingin. Sini aku pakein.." Ida meraih tangan Arham dan mengoleskan odol ke bagian tangannya yang terlihat merah. "Makanya hati-hati kalo masak tuh.. Kalo gini kan kamu yang sakit sendiri Ham.." Ujar Ida.
"Masih sakit?" Ida masih mengoleskan odol.
"Udah enggak. Odolnya enak ya! Jadi dingin gini tanganku.." jawab Arham.
Hening..
"Eh, aku jadi mikir. Kalo misalnya odol punya perasaan gimana ya? Dia bakal seneng kali bisa ngebantu orang gitu."
"Kamu tuh ada-ada aja." Ida tetap asyik mengoleskan odol di tangan Arham.
"Ih beneran! Terus tuh ya, si odol punya emosi, punya rasa, punya nafsu. Aku jadi ngebayangin kalo si odol lagi jatuh cinta. Hahahaha.."
"Mulai deh.. Mulai.."
"Uhm.. kalo odol lagi jatuh cinta pasti kayak aku deh. Rasanya tuh pengen bilang sayaaaang, sayaaaaang, sayaaaang sama orang yang ada di depan aku". Ida menghentikan olesannya. Mukanya merah.
"Iya, aku sayang kamu.." Wanita itu diam, Arham meraih tangan Ida, lalu menciumnya.
"Pacaran yuk!". Ida mengangguk.