Orang pertama datang. Badannya besar, hitam juga berkumis. Peranakan Arab mungkin, atau Kudus. Siapa tahu? Lama kuperhatikan lelaki itu bicara serius denganmu, hitung-hitungan harga mungkin. Kemudian kalian mulai memasuki kamar. "Ini saatnya", gumamku dalam hati.
Sambil mengendap-endap, aku menaiki genteng kamar itu. Sesampainya disana, kubuka tas perlengkapan yang dari tadi menggantung di pinggang. Sebenarnya deg-degan, ah tapi bodo. Kejutan pertama, kulemparkan bayi tikus yang masih merah kedalam kamar itu. HAP!! Jatuh tepat diatas kasur. Kalian berdua kaget, si lelaki malah melompat tinggi. Tapi setelah membuang bayi tikus itu, kalian melanjutkan lagi hal yang sempat terputus. Tak habis akan dan perlengkapan, kini kutetesi kepala kalian dengan air.. kencing. Haha! Gila kan?! Dan akhirnya cara itu berhasil. Tak berapa lama si lelaki hitam itu cemberut dan beringsut keluar. Tak putus asa, kau kembali lagi duduk-duduk manis di depan kamar.
Orang kedua mendekati, kali ini kurus, berkacamata. Ngobrol sebentar, bawa ke kamar. Obrolan berubah menjadi sentuhan, dan kau (pura-pura) menikmati. Iya, aku tau itu. Saat tangannya mulai kurang ajar, dari atas genteng kumulai teror. Dimulai dari menjatuhkan pecahan kaca di kamar mandi, membuat gaduh atap kamarmu, juga melemparkan batu ke dalam kamar. Sukses, lelaki kurus berkacamata berwajah nyebelin itu keluar. Cemberut. Terus saja begitu, dari mulai lelaki ketiga, empat, lima, hingga akhirnya kau putus asa dan memutuskan pulang. Penghujung subuh. Sementara kamu ganti baju, aku turun dari atas genteng. Menuju tempatku mengamatimu kemudian menyalakan motor. "5 menit lagi dia keluar". Setelah putar arah, kupacu motorku setengah ngebut, takut tertinggal dirimu.
Ah, itu kamu. Kuatur nafas agar nampak tenang. Diatas motor, kurapikan rambut juga bajuku. Sip!!
"Pulang mbak?" Tanyaku padamu.
"Iya, Za!" Wajahmu lesu. Mendekati nesu.
"Yuk bareng! Kita satu arah kan? Sekalian mbak."
"Kok selalu kebetulan ya? Tiap aku pulang, pasti kau lewat." Kali ini ekspresimu bingung.
"Ah, perasaan mbak aja kali.." Aku menahan senyum.
"Yuk!" Dan kita pulang. Kau aman.
"Maaf mbak, akulah orang yang membuatmu tak mendapatkan uang. Karena cintaku tak tau malu, sayangku tak peduli, akhirnya rinduku menjadi seru!!" Batinku.