"Kamu pegang tangan aku dong.." Pinta wanita di sampingku. Kupegang tangannya.
"Ehm.. rangkul aja deh." Pintanya lagi, kali ini manja. Aku tersenyum sembari mengusap kepalanya. Sore itu aku dan Sheila mampir sebentar ke salah satu mall sepulang kerja. Sekedar menikmati sore sambil jalan-jalan mengitari tempat ini. "Gak usah belanja, nyari cape aja. Nanti kalo cape kan nyampe rumah langsung tidur dah" Tandas Sheila satu waktu.
"Uhm.. Kan nih kita udah seminggu nih ga ketemu, terus kamu kangen ga sama aku?" Tanya Sheila, manja.
"Ya kangen dong. Pake nanya lagi. Emang kamu enggak?" Jawabku.
"Kangen tau. Kangen banget!! Kangen pengen kelitikin kamu.." Wanita itu langsung menyerang perutku. Jemari lentiknya menuju kesana. Aku tertawa kecil sambil sesekali menghindar manja. Ah, wanita yang satu ini!!
"Shei, malu tau diliatin orang-orang tuh!"
"Ih bodo. Biarin, abis kamunya lucu sih kalo dikelitikin gitu.." Sheila menjulurkan lidahnya sambil mencubit perutku.
"Oh minta dibales nih berarti?! Siap-siap ya!" Sejurus kemudian kami sudah berputar-putar di lantai 2 pusat perbelanjaan itu. Sheila berlarian sambil terus tertawa, sementara aku mengejarnya terengah-engah, kemudian berhenti. Napasku pas-pasan.
"Makanya jangan ngerokok mulu, susah sih dibilangin!" Sheila meninju lenganku. Aku yang masih ngos-ngosan cuma bisa merunduk sambil memegangi perutku. Hash.. Hosh.. Hash.. Hosh..
"Shei.."
"Hoi? Napas buatan ya?"
"Cium beneran.." Masih terengah-engah, aku nyengir.
"Hwoooooo maunya! Yuk jalan lagi.." Ia menarik tanganku.
***
Sambil berpegangan tangan, kami terus berjalan mengitari pusat perbelanjaan ini. Masih belum ada tujuan pasti, masih belum mau pulang. Tiba-tiba Sheila mendekat dan membisikkan sesuatu, "Jelek, aku sayang kamu.."
Aku memandangnya lama, kemudian tersenyum. Tidak berkata apa-apa.
"Kok cuma senyum? Bales dong!"
"Aku senyum karena kamu lucu. Aku suka. Aku juga sayang sama kamu.."
Waktu seakan berhenti, tempatnya juga sepi. Sambil berpegang tangan, kami terus saling pandang sampai akhirnya handphone Sheila berbunyi,
Raut wajahnya berubah. "Uhm.. bentar ya. Suamiku telepon."
Aku tersenyum. Cuma kali ini rasanya getir.