Berulang kali gagal mendapatkan pacar, hampir membuatnya menyerah dalam mencari cinta. Entah apa yang membuatnya selalu gagal dalam percintaan, padahal dia sudah menuruti pesan abah agar jangan macam-macam dalam berpacaran. "Jangan ampe elu nyakitin cewek, nyepelein, apalagi macem-macem. ga bae. Dosa!! Jagain dah tu. Kalo mao begituan, ntar aje kalo pas nikah. Ngarti lu?". Ucapan abah selalu terngiang dipikirannya. Yang membuatnya enggan berbuat jauh dalam berpacaran. Kalau sekadar cium bibir, raba dada sih oke, tapi kalau sampai tidur bareng apalagi meniduri pacarnya, si jejaka paling pantang. "Inget, nafsu ama dosa itu temenan. Jangan ampe elu jadi temennye mereka! Lu inget dah tu!". Kembali pesan abah teringat di otaknya.
 
Semenjak ummi berpulang 2 tahun lalu, abah merasa bertanggung jawab atas segala hal tentang dia. Baik itu pendidikan, lingkungan, apalagi pasangan. Dari dulu abah sudah mewanti-wanti agar ia berhati-hati dalam berpacaran, mencari jodoh. Harus jelas asal-usulnya, harus seagama, dan harus perawan. Kata terakhir itu berhuruf kapital, digaris bawahi, dicetak miring, bahkan kalau perlu di stabillo biar teringat sepanjang waktu. Bukan apa-apa, ummi berpesan agar bisa menjaga calon ibu dari anak-anaknya nanti. "Kalau semenjak pacaran saja sudah dapat yang tidak perawan, mau gimana nasib anak-anakmu nanti, Bujang?". Tandas ummi dengan logat melayu yang kental.
 
Sejauh ini lelaki itu selalu menerapkan pedoman-pedoman dan pesan juga wejangan dari kedua orang tuanya. Tapi ya begitu. Tetap saja belum ada yang bisa lekat lama dengannya. Kalau bukan karena gaya pacarannya yang kaku, hubungan cintanya kandas karena si cewek yang terlalu matrealistis. Dalam hal ini abah juga pernah berpesan, "Cari pacar atau calon istri tuh yang bisa nerima elu apa adanya. Yang ga macem-macem, yang ga minta ini itu. Iye saat ini elu punya duit, lu bisa dah tu beliin apa aje buat cewek lu. Lah kalo tau-tau elu jatoh miskin, pegimane? Ditinggal lu!".
 
Seperti yang terbilang di awal, hampir saja ia menyerah dalam pencarian jodohnya, tapi sikap menyerahnya itu terhenti kira-kira tiga lalu, ketika dia mendapati sesosok wajah cantik yang tinggal dua blok dari rumahnya. Duhai, manisnya bukan buatan, cantiknya bukan sepuhan. Sempurna. Sejak saat itu, jejaka kita ini menjadi kembali semangat mengejar cinta.
 
Ada lebih dari dua kali dalam sehari, dia melewati rumah wanita itu. Meskipun cuma berputar-putar tak ada arah, dirinya sudah merasa puas bisa melihat paras si wanita dari kejauhan. Kalau sudah melihat wajah si wanita, lelaki kita akan pulang dengan rasa bangga. Sepanjang jalan, di atas motor ia terus tersenyum. Layaknya menang lotere, namun bukan undian berhadiah.
 
Tanpa disadari, nampaknya si wanita juga menaruh rasa. Secara sengaja ia melambatkan diri saat berjalan keluar dari rumah, cuma biar dilihat si lelaki. Menaruh senyum di bibir dengan diam-diam, biar terlihat menawan, membuat hati si bujang tertawan.
 
Lama menunggu, akhirnya si lelaki mulai maju. Cinta tak pernah mulai jika hanya saling pandang. Begitu pikirnya. Dibuatlah surat berisi cinta. Ditaruhnya tepat di pagar rumah sang wanita, menjelang subuh.
Dua tiga hari menunggu, surat balasan berbalas. Balasan yang mengawali puluhan surat lainnya. Di surat ke 10, mereka saling memanggil sayang, surat ke 20, mereka membicarakan masa depan. Mencapai surat ke 38, si wanita tak membalas suratnya. Penuh tanya, membuat si lelaki merana. Kemanakah harus bertanya?
Hari sudah banyak berlalu, si lelaki mungkin sudah melupakan surat-menyuratnya ketika datang surat dari wanita itu. Sambil duduk, dibuka surat itu. Lembar pertama hanya berisi basa-basi. Tiba dilembar kedua yang membuat si lelaki menjadi pucat pasi.
 
Bang, benar kau mencintaiku? Kalau iya, aku pun mencintaimu. Tapi maaf jika sudah terlalu jauh. Ada kejujuran yang harus aku ungkap sebelum semakin jauh, aku ingin memberitahu bahwa aku mungkin bukan wanita yang baik untukmu.
Persoalannya satu. Aku tak lagi suci. Aku tidak perawan.

Deg!! Dunia bujang serasa hampa. Kakinya seperti tidak menapak. Nafasnya mendadak berat. Apa pula ini? Di satu sisi, mereka sudah saling mencinta. Di sisi lain, wanita itu berada jauh diluar klasifikasi abah. Tidak perawan. Harus apa, harus bagaimana. Entah abah atau cintanya yang harus dibela. Entah wajangan entah wanita itu yang harus dijaga. Yang pasti sang lelaki menjadi galau. Hari-harinya kacau.

Seminggu mengurung diri, nampaknya si lelaki makin bingung. Namun seperti ada beban batin, surat itu harus dijawab. Wanita itu menunggu. Itu pasti. Beri jawaban sekarang, mau suka atau duka, itu masalah belakangan. Si lelaki bergegas menemui cintanya.

"Dik, aku sudah membaca suratmu."

"Lalu, apakah kau masih cinta setelah kejujuranku?"

"Sulit. Kemauanku membentur kemauan abah dan ummi."

"Ya sudah, kalau begitu lupakan aku. Mungkin aku memang tak berhak untukmu. Aku memang sudah tak suci lagi. Mau diapakan?" Si wanita bergegas masuk. Telat sedikit saja, waktu akan kembali memulai tugasnya. Mengakhiri satu cinta, lalu menyebarkan cinta ke tempat yang lainnya. Untung lelaki itu tidak telat, atau paling tidak, mau mencoba.

"Dik, kau tahu? Aku mencintaimu. Tak peduli kau perawan atau tidak. Aku menyayangimu. Kau harus tahu itu. Perkara perawan atau tidak, kuanggap itu sebagai masa lalu, asal kau mau membuka lembaran baru. Aku mau menerima apa adanya. Baik juga burukmu."

"Tapi bang, abah dan ummi?"

"Ah, biarlah mereka menjadi urusanku. Sekarang, tolong terima aku. Jangan kau ragu. Aku tak mungkin membuangmu, juga tak akan pernah menyakitimu. Anggaplah ketidak perawananmu adalah ketidak sengajaanmu. Saat ini, tolong cintai aku seperti aku mencintaimu."

"Tidak menjadi masalah, bang?"

Lelaki itu menggeleng, lalu tersenyum.

Kadang, hidup itu memang pilihan. Ada hati yang bahagia, ada hati yang terluka. Kita harus memilih, jika tidak, jalan kedepan tak akan pernah tampak.


SELESAI

3 Responses so far.

  1. Pagi #SepikPartner ....
    Intro nya kepanjangan, Ray. Dipotong dikit nyah biar jadi ga bosen. Terus klimaksnya tensi nya dinaikin, biar tambah greget...
    Ide ceritanya baguuussss ;)

  2. Rudy says:

    Ide cerita sudah oke. Ini masuk kategori flash fiction ya? Berarti twist-nya yang harus diperbaiki. Flash fiction sangat akrab dengan twist yang mengejutkan, mengandung ledakan.

    Sekian komentarku, tetap menulis, Bro! :)

  3. Mahadewi_ hai #SepikPartner! iya ya?! iya sih, berasa ga sinkron aja sama bagian tengah sama ending. makasih ya :)

    Rudy_ kebacanya jadi kayak flash fiction ya om? maunya sih cerpensek (cerita pendek sekali) :P. Iya om, coba diperbaikin next time :D

Leave a Reply