"Lempar granat, kemudian kita lari menuju sasaran, oke?! Ingat, tempatnya di sana. Di ujung sana." Ucapku berteriak kemudian memberikan granat nanas kepada Rio. Peluru dan granat berlarian di udara. Sambil tiarap, aku berlari mencari gundukan tanah terdekat. Berlindung, berusaha agar tidak tertembak. Target kami sudah dekat, misi ini harus selesai.

"Tapi kalo nanti gue ketembak gimana, bang?" Tanya Rio. Takut.

"Bro, lu usaha aja dulu. Masalah itu mah belakangan. Yuk kita mulai!" Aku menatapnya. Berharap bisa memberikannya sedikit keyakinan juga keberanian.

Sejurus kemudian sebuah ledakan menghancurkan 2 orang pasukanku yang bersembunyi tak jauh dariku. Betapa menyeramkan melihat mereka hancur dengan mata sendiri. Aku bergidik, antara geli dan takut. Kini pergerakanku dan Rio beserta beberapa pasukan yang tersisa semakin mendekati persembunyian target kami.

dag dig dug!


"Temen-temen semua, target kita sudah dekat. Ingat apa yang kita tujuan kita. Tangkap orang itu hidup-hidup! Dan juga harus di ingat, orang ini berbahaya!! Hati-hati!" Perintahku melalui HT. "Untuk memaksimalkan penyergapan, baiknya kita menyebar. Sekarang!"

Begitu banyaknya ledakan yang terjadi, sehingga seakan-akan terjadi hujan pasir yang mengganggu penglihatan kami.


"Rio, Rio!! Sini, lu deket gue aja. Lu bawa kan granatnya?, inget kalo gue kasih kode, nanti lu lempar ke sasaran ya!"

"I... iya bang." Rio memancarkan ekspresi takut. Tangannya gemetar.


Dag Dig Dug!!

Sial, kenapa gue jadi ikutan takut gini. Ah ga bisa. Kalo gue takut, mau jadi apa pasukan gue?! Harus yakin. Harus berani!"

"JEDUAAAAAAARRRR!!!" Sebuah ledakan besar terjadi di jarak 10 meter samping kiriku. Kembali 2 orang pasukanku mati sia-sia. Sial!! Padahal sedikit lagi kami sudah sampai ke sasaran. Kini tersisa 4 orang.

"RIOOOO!! DALAM HITUNGAN TIGA, LU LEMPAR GRANAT ITU, BEGITU MELEDAK, GUE SAMA MAMAT LANGSUNG NYERGAP TARGET KITA! OKE!!"

DAG DIG DUG!!

"TIGAAAA!!" Teriakku. Seketika, semuanya menjadi melambat. Waktu seakan lamban berputar. Sesuai yang dijanjikan, setelah granat yang dilemparkan Rio meledak, aku dan Mamat langsung menyergap sasaran. Target kami. Orang itu.

"Bang?" Mamat memandangku. Kuanggukan kepala. Kami berlarian memasuki persembunyian sasaran kami. Orang itu mulai terlihat ketika Rio berteriak sangat kencang,

"BAAAAANG!! MAMAAAAT!! AWAAAAAS, DIBELAKANG KALIAAAAN!!"
Reflek kami menoleh kebelakang, lalu..

"Ah, rese!! Kebiasaan nih pake mati lampu segala!! Lanjut besok aja." Keluhku sambil berteriak. Rio dan Mamat tertawa.

"Dah, dilanjut besok aja bang. Lagian ni warnetnya udah mau tutup kayaknya."

"Ah, rese!!"

Leave a Reply