"Ya nanti pas kita ketemuan, aku baru bakalan cerita banyak hal sama kamu. Sekarang teleponan aja dulu. Kan biasanya juga gitu.." Raya membenarkan posisi headset yang terjatuh di kasur. Enaknya telepon memakai headset ya begini, bisa sambil tiduran.
"Tapi aku kangen kamu.." Ada penekanan dalam kata kangen yang diucapkan Rifky.
"Aku juga kangen kamu. Tapi kan kamu tau, akunya lagi sibuk. Lagi banyak yang diurusin. Sabar dulu aja yah jelek. Nanti pasti ketemu. Lagian kan minggu lalu udah ketemu.."
"Hehehehe.. kan kurang yang.."
"Eh sebentar, ada mama. Aku matiin dulu teleponnya ya. Nanti telepon lagi kamu!!" Selak Raya sambil tersenyum. Tidak lama, telepon mati.
***
"Hallo.. Mama udah pergi?"
"Udah. Udah aman, jenderal!!" Jawab Raya, sok tegas.
"Hahahahha.. paling bisa kamu tuh. Paling bisa bikin aku senyum. Eh, aku jadi ada ide nih." Rifky menyalakan rokok diam-diam. Pelan-pelan sekali ia menyalakan korek, karena jika terdengar Raya, sudah pasti kejadian selanjutnya adalah pidato panjang Raya. Sebenarnya maksudnya baik, namun Rifky tetap saja membandel. Diam-diam, dia mulai mengurangi rokok sejak ceramah panjang Raya minggu lalu.
"Ide apa yang?"
"Kita bisa bikin buku nih. Cara pacaran backstreet yang aman."
"Termasuk telepon tapi sambil smsan karena aku ga bisa ngomong? Hahahahaha.."
Mereka berdua kembali tergelak.
"Dan ketemuan tapi sambil diem-diem. Apa deh alesan kamu ke mama kalo pas kita mau ketemuan?"
"Aku bilang mau ke minimarket."
"Iya, minimarket tapi sampe berjam-jam. Beli apa tau tuh.. Hahaha.." Sementara Rifky tertawa, Raya malah diam.
"Yang.. Yang.. Kamu kemana deh?" Tanya Rifky bingung.
"Eh, kamu ngerokok ya?" Raya mendadak serius. Menghentikan tawa yang sebelumnya terdengar begitu lepas.
"Eh.. Uh.. Uhm.. Dikit.."
"Tukaaaan!! Udah berapa batang tuh hari ini?"
"3 yang. Tiga batang. Suwer deh biar dower."
"Bener lho ya! Kalo bohong bibirnya dower."
"Oh, jadi kamu rela kalo bibirku dower terus ga bisa cium kamu?"
"Bodo. Yang mau nyium siapa emang?"
"Oh.. ga ada yah?! Yaudah. Aku mah hanya butiran debu. Kan aku terhempas dan tahu arah jalan pulang.."
"... aku tanpamu.."
"BUTIRAN DEBUUUUUUUUU.." Secara spontan keduanya bernyanyi bersama. Dan lagi-lagi tertawa.
"Aku sayang kamu, yang.." Ujar Rifky sambil tersenyum. Berharap senyumnya dapat dilihat oleh Raya yang ada diujung telepon sana.
"Aku juga sayang kamu, yang. Sayaaang banget. Jangan pergi dari aku yah.."
"Iya. Janji. Aku ga akan nyakitin kamu dan ninggalin kam...."
TUUUUT.. TUUUT.. TUUUUT..
Kembali telepon mati. Tidak lama berselang, Raya mengirimkan sebuah sms.
Mama tau kita lagi teleponan. Papa juga. Nih aku dimarahin. Udahan dulu yah teleponnya. Kita smsan aja. Gak apa-apa kan sayang? Aku sayang kamu.
Sejenak diam, Rifky akhirnya membalas sms itu,
Oke tuan putri. Kita smsan aja. Gak apa-apa kok. Kan kita lagi usaha. Yuk smsan!! Aku lagi pengen sms romantis sama kamu.