Perkenalkan isi dalam kepalaku. Hanya beberapa namun berpengaruh. Menentukan suka juga duka. Membuat sakit atau bahagia. Dalam labirin nyawa, isi dalam kepalaku bermain-main. Main-main emosi, memainkan lirik sunyi.

Temui perasaan takut. Kita takut, bukan? Memiliki rasa takut. Takut gagal, takut kecewa. Takut sakit, takut sengsara. Beberapa bahkan takut bahagia karena tak mau lupa. Perasaan takut dalam kepalaku berarti banyak. Ia takut gagal, takut mengecewakan dan takut kesepian. Takut setan? Iya, sesekali. Takut miskin? Tak perlu munafik; kita semua sama. Perasaan takutku hidup tuk terus membuatku berani menghadapi takut. Biar tak jadi pengecut.

Kedua, impian. Impian tinggal betah dalam kepalaku. Bermain-main mengajak berkhayal. Membuat lupa kenyataan dan kadang lupa diri. Impian terbang tinggi, sampai tak ingat bisa jatuh. Sadar tidak? Khayalan membuat kita termotivasi, khayalan juga sanggup membuat kita jatuh mati. Hati-hati dengan impian, salah bermimpi bisa buat kau lari dari kenyataan.

Masih mau tahu? Labirin nyawa yang berada dalam kepalaku memiliki rasa iri. Iri akan nasib orang, iri akan kesempurnaan. Bodohnya iri, dia tidak mengerti apa itu sempurna. Bodohnya iri, dia tidak bisa ikhlas. Bodohnya iri, dia betah berada dalam kepalaku, seseorang yang selalu iri, selama bertahun-tahun. Kadang iri karena tak mampu, kadang iri karena tak bisa. Iri saja setiap waktu, biar selanjutnya mati karena dengki.

Mendadak aku pusing. Memaksa berpikir membuat kepalaku menjadi pening. Labirin nyawaku goyang.

Ada juga rasa. Sama seperti engkau, aku manusia. Punya rasa. Rasa-rasa yang banyak dirasa. Selalu merasa punya rasa. Di titik ini semua rasa berkumpul. Menjadi pusat yang membuat riuh. Bayangkan, ketika rasa berkumpul di sini kepalaku pusing. Sakit tak terperi. Belakang kepala menjadi berat. Iya, terlalu banyak rasa membuat banyak pikiran. Pernah tidak kalian ingin muntah? Nah, bisa jadi karena semua rasa dala kepalamu sedang berkumpul. Kumpul-kumpul menjadi satu. Berisik!

Apa lagi ya? Ah, aku mulai pusing. Kepala jadi pening. Bukan, sepertinya bukan karena perkumpulan rasa. Tidak.. Tidak, aku tidak punya rasa. Sudah mati dan tak bisa kembali.

Lain kali aku kembali, membawa isi dari dalam kepalaku. Isi dari labirin nyawaku.

Tidak janji, siapa tahu besok aku mati.

Leave a Reply